Minggu, 24 Oktober 2010

METODE PEMBELAJARAN DENGAN BERCERAMAH

PEMBELAJARAN
DENGAN METODE CERAMAH
BAB I
PENDAHULUAN

Metode ceramah telah lama dipergunakan untuk menyampaikan infomasi kepada sekelompok pendengar. Orang-orang Yunani, Hindu dan China misalnya, sejak beberapa abad yang silam, telah menggunakan ceramah sebagai alat utama untuk menyampaikan informasi (Suprihadi, 1993:143). Dalam tradisi pembelajaran, ceramah juga telah lama menjadi alat yang dipergunakan untuk menyampaikan ilmu pengetahuan kepada siswa. Mc Leish (1976) memperkirakan usia penggunaan metode ceramah sudah lebih dari dua ribu tahun. Sampai saat ini, metode ceramah masih dominan dalam pembelajaran di sekolah. Terlebih ketika bahan-bahan belajar yang tercetak belum banyak diterbitkan, ceramah menjadi andalan dalam sistem pembelajaran.
Ceramah adalah penerangan secara lisan aFtas bahan pembelajaran kepada sekelompok pendengar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dalam jumlah yang relatif besar. Seperti ditunjukkan oleh Mc Leish (1976), melalui ceramah, dapat dicapai beberapa tujuan. Dengan metode ceramah, guru dapat mendorong timbulnya inspirasi bagi pendengarnya. Demikian pula ceramah dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan antar ide atau konsep yang dicermahkan atau menjelaskan hubungan antara teori dan hasil-hasil penelitian.
Gage dan Berliner (1981:457), menyatakan metode ceramah cocok untuk digunakan dalam pembelajaran dengan ciri-ciri tertentu. Ceramah cocok untuk penyampaian bahan belajar yang berupa informasi dan jika bahan belajar tersebut sukar didapatkan. Tetapi jika bahan tersebut banyak dan mudah diperoleh, penggunaan ceramah kurang efisien. Demikian pula untuk penyampaian bahan yang mempunyai struktur yang kompleks dan abstraks, penggunaan metode ceramah juga tidak tepat. Untuk tujuan belajar yang berupa kognitif tingkat tinggi seperti kemampuan analisis, sintesis, evaluasi dan tujuan yang berupa keterampilan, metode ceramah tidak efektif. Ceramah cocok untuk pembangkitan minat dan motivasi belajar.
Penggunaan ceramah secara terus menerus tanpa divariasikan dengan teknik-teknik yang lain dapat menurunkan konsentrasi siswa. Hasil penelitian membuktikan bahwa konsentrasi siswa menurun dengan cepat setelah lebih dari 20 menit guru menggunakan ceramah secara terus-menerus (Budiardjo, 1994 :15). Demikian pula, untuk pembelajaran yang memerlukan retensi jangka panjang, ceramah tidak efektif. Mc Leish (1966) mencatat bahwa seusai ceramah, daya ingat anak terhadap bahan ceramah hanya mencapai 40 %, sedangkan stelah satu minggu, ingatan siswa terhadap bahan ceramah menurun tinggal 15--20 %. Menurut Head (1974) atas dasar penelitian Trenaman (Sudiran, Ed, 1989: 5), tentang pendidikan orang dewasa me- nyebutkan bahwa orang dewasa yang mendengarkan ceramah melalui siaran radio, memperlihatkan bahwa mereka yang mendengarkan ceramah dengan waktu 15 menit dapat mengingat kembali 41 % fakta yang diceramahkan. Sementara mereka yang mendengarkan ceramah dengan waktu dengar selama 30 menit, hasil tes bahkan hanya mencapai 25 %. Ini berarti ceramah tidak tepat digunakan untuk waktu yang lama. Untuk meningkatkan partisipasi siswa dalam kelas, ceramah juga tidak tepat. Oleh karena ceramah memang metode pembelajaran yang bersifat one way communication.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Tujuan Penggunaan Metode Ceramah
Penggunaan metode ceramah memiliki beberapa tujuan. Tujuan penggunaan metode ceramah untuk pembelajaran adalah berikut ini (Turney, dalam Moedjiono, dkk, 1996).
1. Untuk mengarahkan siswa memperoleh pemahaman yang jelas tentang masalah yang dihadapi;
2. Untuk membantu siswa memahami generalisasi, rules, prinsip berdasar penalaran dan objektivitas;
3. Untuk melibatkan siswa dalam berpikir melalui pemecahan masalah;
4. Memperoleh umpan balik dari siswa tentang kualitas pemahamannya dan mengatasi kesalah pahaman;
5. Untuk membantu siswa dalam apresiasi dan memperoses penalaran serta penggunaan bukti dalam memecahkan keraguan.

B. Keterampilan Dasar Berceramah
Agar ceramah dapat mencapai tujuan secara efektif, maka guru perlu menguasai keterampilan dasar berceramah. Keterampilan berceramah memiliki komponen pokok berikut ini.
1. Komponen Kejelasan
Bahasa yang digunakan guru harus lugas, sederhana, dan tepat. Pengungkapan pernyataan-pernyataannya dari berbagai seginya, baik dari segi pilihan kata, pengucapan maupun volume dan intonasi suara (prosodi), hendaknya tepat. Pilihan katanya perlu disesuaikan dengan perkembangan bahasa dan kemampuan daya nalar siswa. Kelancaran dalam pengungkapan pernyataan sangat dibutuhkan untuk memudahkan siswa dalam menangkap keutuhan makna yang diceramahkan. Kalimat-kalimat yang dipakai sebaiknya menggunakan kata dan istilah yang lugas. Penggunaan kalimat yang tidak logis dan tidak gramatikal perlu dihindari. Demikian pula gunakan struktur kalimat yang sederhana dan menhindari sedapat mungkin penggunaan kalimat kompleks.
Struktur penyampaian bahan ceramah merupakan bagian yang tak kalah pentingnya , agar pesan yang disampaikan dapat dipahami anak dengan baik. Penyaji dapat menggunakan berbagai pilihan struktur penyampaian dengan pertimbangan tertentu yang matang. Struktur penyajian dapat berupa: (1) bertolak dari yang mudah ke yang sukar, (2) bertolak dari yang dekat dengan anak, (3) penyajian secara induktif, (4) penyajian secara deduktif, (5) berangkat dari bahan yang meprasyarati untuk memahami konsep diatasnya yang lebih tinggi, (6) bertolak dari konsep kongkrit ke yang abstrak.

2. Penggunaan Contoh
Pemahaman siswa tentang konsep yang tidak lazim dan sulit dapat ditingkatkan dengan menghubungkan konsep itu dengan situasi-situasi yang dialami siswa. Menggunakan bermacam contoh: padanan-padanan verbal sederhana, diagram, sketsa gambar, benda, model, media audio visual dan sebagainya,

3. Penggunaan Penekanan
Selama memberikan penjelasan guru harus memusatkan perhatian siswa pada rincian-rincian masalah yang esensial dan mengurangi sedikit mungkin informasi yang tidak esensial. Misalnya menggunakan tanda-tanda verbal yang penting: "pertama", "utamanya", "penting", "vital", "dengarkan baik-baik", "jangan lupa", dan "kesimpulan pokok adalah ...".

4. Pemberian Umpan Balik
Guru harus memberikan kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan pemahamannya atau memberi penjelasan hal yang membingungkan siswa. Hal ini dapat dilakukan guru dengan memberi kesempatan siswa bertanya atau menjawab pertanyaan guru.


C. Prinsip-prinsip Penggunaan Metode Ceramah
Agar pelaksanaan metode ceramah efektif, ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan guru.
1. Penyiapan bahan ceramah secara matang.
2. Pemberitahuan kepada siswa tujuan belajar yang akan dicapai.
3. Penggunaan bahan pengait untuk memahamkan anak tentang keterkaitan bahan ceramah dengan pengetahuan yang telah dipahami anak sebelumnya.
4. Penyajian penjelasan awal secara garis besar (review) materi yang akan diceramahkan.
5. Penjajagan pengetahuan prasyarat yang telah dikuasai siswa.
6. Penyajian bahan ceramah diselingi tanya jawab, penggunaan peraga, ilustrasi dan contoh yang relevan.
7. Penilaian secara bertahap pada setiap satuan bahasan.
8. Pemberian kesempatan kepada anak untuk mengajukan pertanyaan, tanggapan dan kritik.
9. Penciptaan hubungan guru--siswa secara harmonis, terbuka, penuh humor, dan kegembiraan.
10. Penciptaan iklim sosio-emosional kelas secara hangat. 11. Memberikan rangkuman, kesimpulan pada setiap akhir satuan bahasan dan akhir ceramah.
11. Memberikan tugas-tugas lanjutan kepada siswa.

D. Perencanaan Ceramah
Wilkins (1982:28) mengajukan beberapa gagasan mengenai persiapan ceramah yang perlu diperhatikan guru. Hal yang perlu menjadikan perhatian guru adalah (a) penyiapan struktur, (b) subtansi isi ceramah. Selain hal itu, tidak boleh dilupakan adalah (c) pengelolaan perhatian anak.
Persiapan umum, berikut ini perlu dilakukan guru.
1. Siapkan rencana jenis bahan pengait yang akan digunakan.
2. Tuliskan ide-ide pokok dan ide-ide penjelas masing-masing ide pokok.
3. Mendesain bahan pengait untuk dijadikan kerangka fikir anak dalam memahami bahan yang diceramahkan.
4. Pikirkan contoh dan ilustrasi untuk memudahkan anak dalam mengklarifikasi konsep.
5. Pikirkan cara-cara untuk menghubungkan bahan ceramah dengan pengalaman nyata yang diketahui anak.
6. Rencanakan alat bantu alat batu yang diperlukan.
7. Siapkan tindak lanjutnya setelah ceramah berakhir.
Moedjiono Dkk (1986) menyebutkan persiapan ceramah menyangkut, penulisan bahan ceramah, penggunaan alat bantu, dan pengorganisasian kelas. Berkenaan dengan itu, persiapan ceramah meliputi hal-hal berikut.
1. Persiapkan secara cermat segala sesuatu yang diperlukan untuk mendukung keefektifan penggunaan ceramah. Ceramah yang baik jika dipersiapkan secara baik keseluruhan aspek yang diperlukan sejak awal ceramah sampai dengan akhir ceramah.
2. Siapkan bahan pengait untuk memulai ceramah.
3. Tuliskan ide-ide pokok dengan tebal sebagai topik inti.
4. Hubungkan tiap-tiap ide pokok dengan bahan pengait.
5. Susunlah contoh dan ilustrasi untuk masing-masing satuan sajian.
6. Urutkan ide-ide pokok secara logis dan sitematis.
7. Berilah tanda bagi ide pokok yang penyajiannya membutuhkan penggunaan alat bantu.
8. Berikan tanda pada bagian sajian yang kiranya dapat digunakan untuk memancing partisipasi siswa.
9. Kembangkan simpulan secara ringkas point-point dan hubungkan dengan bahan pengait.
10. Susunan fisik kelas perlu diperhatikan agar setiap anak dapat mendengar dan melihat guru dengan baik.


Struktur Penyajian atau Prosedur Berceramah
Teknik-teknik penyajian ceramah secara prosedural dapat dilakukan dengan teknik berikut ini.
1. Memperkenalkan topik Ceramah.
2. Membuka ceramah dengan memperkenalkan bahan pengait.
3. Sebutkan tujuan pembelajaran secara singkat tetapi jelas bagi siswa.
4. Sebutkan garis besar materi ceramah dalam bentuk ide-ide pokok, atau topik inti.
5. Ceramahkan topik inti secara berurutan mulai pertama dan dan selanjutnya dengan selalu mengaitkan dengan bahan pengait yang relevan. Jelaskan rincian masing-masing materi dengan disertai contoh dan ilustrasi dan alat bantu untuk topik-topik yang memerlukan.
6. Susunlah rangkuman atau ringkasan tiap-tiap sajian topik inti dan jangan lupa pertanyaan atau pemberian kesempatan bertanya untuk siswa sebagai masukan guru.
7. Gunakan teknik membuka yang benar tiap-tiap akan memulai topik inti yang baru, dan diakhri dengan rangkuman dan pertanyaan.
8. Rangkuman menyeluruh setelah akhir ceramah sangat diperlukan untuk membulatkan pemahaman anak terhadap bahan ceramah secara menyeluruh.
Pengelolaan Perhatian Anak
Tantangan terbesar dalam pembelajaran dengan metode ceramah adalah menjaga perhatian anak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, perhatian anak cenderung menurun tajam untuk mendengarkan ceramah yang disampaikan guru dalam waktu lebih dari dua puluh menit (Budiardjo, 1994:15). Mengingat hal itu, guru memerlukan teknik-teknik khusus dalam berceramah agar perhatian anak tetap terjaga. Untuk mempertahankan perhatian anak terhadap materi ceramah, guru dapat memvariasikan gaya mengajarnya. Gaya mengajar yang dapat divariasikan meliputi berikut.
1. Variasi gerak dan perubahan posisi guru selama ceramah berlangsung. Guru selama berceramah perlu bergerak dan mengubah-ubah posisi secara dinamis. Guru berceramah dengan diam di tempat, cenderung membosankan anak, se-hingga dapat menurunkan perhatiannya.
2. Variasi suara guru untuk menghindari kemonotonan. Suara guru yang monoton, tidak menarik perhatian anak. Oleh karena itu, suara guru dalam berceramah perlu divariasikan nada dan tekanannya agar tidak membosankan anak.
3. Menjaga kontak pandang dengan anak secara merata, sehingga setiap anak merasa memperloreh perhatian.
4. Penggunaan teknik diam sejenak manakala ada gejala anak meninggalkan perhatiannya terhadap ceramah yang disampakan guru. Hilangnya perhatian anak biasanya ditandai dengan munculnya pembicaraan anak dengan teman dekatnya tentang hal-hal diluar materi yang diceramahkan guru. Untuk mengembalikan perhatian anak akibat kasus tersebut, guru dapat menggunakan teknik diam sejenak. Dengan teknik tersebut, siswa akan memperbarui perhatiannya kembali.
5. Penggunaan teknik gestural. Selama berceramah guru perlu memanfaatkan anggota tubuhnya seperti tangan, kepala dan tubuh untuk memvisualisasikan konsep-konsep tertentu yang sedang diceramahkan.
6. Mengekspresikan mimik dengan ekspresi tertentu yang menggambarkan makna tertentu. Ekspresi mimik dapat digunakan pula untuk menggambarkan antusiasme dan keyakinan guru terhadap materi yang diceramahkan.
Gage dan Berliner (1984:473-477) menyebutkan, untuk menjaga perhatian anak terhadap ceramah guru dapat menggunakan berbagai teknik diantaranya adalah berikut ini.
1. Variasi stimulus. Gage dan Berliner (1984:473) menyebutkan variasi stimulus mempunyai pengaruh terhadap motivasi. Macam variasi stimulus yang dapat dipadukan dalam berceramah mencakup variasi nada dan tekanan suara, penggunaan gerak dan gestural, variasi struktur gramatikal (panjang-pendeknya kalimat). Rosenshine, (1971) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa variasi bentuk gerakan dan gestural berkorelasi positif dengan prestsi siswa. Hal ini diperkuat pula oleh Wyckoff (1973) yang juga menyebutkan bahwa variasi stimulus berkorelasi secara linier dengan prestasi anak (Gage dan Berliner, 1984-473).
2. Perubahan saluran komunikasi. Bentuk lain untuk mempertahankan perhatian anak dalam mengikuti ceramah adalah dengan memadukan ceramah dengan penggunaan variasi saluran komunikasi. Hal ini dapat dilakukan guru dengan meman-faatkan media seperti slide, grafik, gambar, papan tukis, OHP,dan media visual yang lain. Dengan mengubah saluran komunikasi dari penuturan lisan kepenggunaan media visual dapat menjaga perhatian anak. Dalam hasil penelitian Stevenson dan Sigel (1969) menunjukkan bahwa perhatian siswa relatif tinggi terhadap informasi visual dari pada informasi audio (Gage dan Berliner, 1984:474).
3. Penggunaan humor yang diintegrasikan dalam penyampaian bahan ceramah dapat menjaga perhatian anak. Namun yang harus diingat dalam penggunaannya, guru perlu membatasinya agar humor yang digunakan guru tidak menenggelamkan pemerolehan makna dari materi yang diceramahkan. Humor berfungsi untuk mempertahankan perhatian. Oleh karena itu, apabila perhatian anak telah terpusat pada guru, maka penyampian materi pokok segera dilanjutkan. Di samping itu, penggunaan humor berfungsi untuk selingan agar siswa tidak mudah bosan dengan ceramah guru. Jadi penggunaan humor bukan tujuan utama, melainkan alat yang dapat dipakai guru untuk mempertahankan dan memperbarui perhatian anak terhadap penyajian materi pembelajaran.
4. Menunjukan antusiasme. Hasil penelitian Rosenshine (1971) menujukkan bahwa antusiasme guru dalam berceramah berkorelasi sekitar 0,37-- 0,58 dengan pencapaian prestasi belajar anak (Gage dan Berliner, 1984: 475). Antusiasme guru dalam penyampaian bahan ceramah dapat mendorong motivasi anak. Guru yang memperlihatkan antusiame yang tinggi dalam berceramah, menjadikan ceramah lebih dinamis dan hidup. Berbeda dengan guru yang tidak antusias dalam berceramah. Siswa dapat mengingat lebih banyak materi yang disajikan secara dinamis dari pada materi yang disajikan secara statis ( Coats dan Smidchen dalam Gage dan Berliner, 1984:476).
5. Penggunaan pertanyaan untuk selingan ceramah dapat memancing respon anak. Sehingga dengan selingan pertanyaan dapat meningkatkan perhatian.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Yang dimaksud dengan metode ceramah yaitu cara menyampaikan suatu pelajaran tertentu dengan jalan penuturan secara lisankepada anak didik atau khalayak ramai. Dalam sejarah Islam, Nabi Muhammad SAW dan para sahabat, dalam mengembangkan dan mendakwahkan agama Islam banyak menggunakan dengan acara berceramah ini. Hal ini tercermin dalam hadits beliau yang berbunyi sebagai berikut :
Ö} ãqe p &Q Wfæ
“Sampaikanlah olehmu walaupun hanya satu ayat”
Jadi cara penyampaian dakwah disini yaitu dengan cara berceramah secara lisan atau ucapan. Meskipun dakwah secara bil hal (dengan perbuatan) sangat diutamakan dalam Islam, namun ceramah tetap penting.
Ciri yang menonjol dalam metode ceramah, dalam pelaksanaan pengajaran di kelas, adalah peranan gutu tampak sangat dominan. Adapun murid mendengarkan dengan teliti dan mencatat isi ceramah yang disampaikan oleh guru di depan kelas.
Ceramah tepat digunakan :
1. Apabila guru ingin menyampaikan sejumlah fakta dan pendapat yang tidak tertulis dan tercatat dalam buku catatan atau naskah
2. Apabila bahan pelajaran yang akan disampaikan cukup banyak, sementara waktu yang tersedia sangat terbatas
3. Apabila guru seorang pembicara yang baik dan memikat serta penuh antusias
4. Apabila gutu akan merangkum pokok penting pelajaran yang telah dipelajari, sehingga diharapkan siswa memhami dan mengerti secara gamblang
5. Jika guru memperkenalkan pokok pelajaran yang baru, dan menghubungkannya terhadap pelajaran yang telah lalu (asosiasi)
6. Apabila jumlah siswa terlau banyak sehingga bahan pelajaran sulit disampaikan melalui metode lain[1]
Untuk bidang studi Agama, metode ceramah ini tepat digunakan misalnya : jika ingin menerangkan pelajaran mengenai pengertian “keimanan, akhlak” dan lain sebagainya.
Keuntungan Menggunakan Metode Ceramah :
1. Bahan dapat disampaikan sebanyak mungkin dalam jangka waktu yang singkat
2. Guru dapat menguasai situasi kelas
3. Organisasi kelas lebih sederhana dan mudah dilaksanakan
4. Tidak terlalu banyak memakan biaya dan tenaga.
Kekurangan Menggunakan Metode Ceramah :
1. Ceramah hanya cenderung mempertimbangkan segi banyaknya bahan pelajaran yang akan dijadikan, dan kurang memperhatikan/mementingkan segi kualitas (mutu) penguasaan bahan pelajaran
2. Bila situasi kelas tidak dapat dikuasai oleh guru secara baik, maka proses pengajaran akan dapat menjadi tidak efektif. Bahkan dapat berkaitan lebih jauh (misalnya kacaunya situasi proses pengajaran)
3. Pada metode ceramah proses komunikasi banyak terpusat kepada guru. Dan siswa banyak berperan sebagai pendengar setia. Sehingga proses pengajaran sering dikritik sebagai sekolah dengar, murid terlalu pasirf.
4. Sulit mengukur sejauh mana penguasaan bahan pelajaran yang telah diberikan itu oleh anak didik
5. Apabila ceramah tidak mempertimbangkan segi psikologis dan diktatis, maka ceramah dapat bersifat melantur tanpa arah dan tujuan yang jelas.
Langkah-langkah persiapan ceramah :
Dibawah ini ada beberapa langkah-langkah persiapan metode ceramah, yang dapat mempertinggi bobot dan efektivitas ceramah yakni sebagai berikut :
1. Merumuskan tujuan khusus yang hendak dicapai
2. Materi ceramah hendaklah disusun secara sistematis
3. Sikap/penampilan dan gaya bahasa ceramah umumnya dapat meningkatkan dan mendorong serta merangsang perhatian anak didik
4. Tujuan ceramah untuk memperjelas pengertian siswa mengenai materi pelajaran yang telah disampaikan, maka alat bantu/alat peraga mesti ditetapkan sebelumnya
5. Usahakan menanamkan pengertian yang jelas. Hal ini misalnya dapat dilakukan dengan cara memberikan ikhtisar atau kesimpulan, dan mengenai catatan kecil mengenai bahan yang telah diberikan tersebut
6. Dalam perjalanan agama hendaklah pemakaian metode ceramah ini diselingi dengan metode-metode lain misalnya metodologi audio visual, demonstrasi, tanya jawab dan lain-lainnya
7. Metode ceramah semestinya hanya sebagai pendukung/pendamping metode-metode lain

DAFTAR PUSTAKA
– Tayar Yusuf, Ilmu Praktek Mengajar, Al-Ma’arif, bandung, 1985
- Depag, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta, 1980

Tidak ada komentar:

Posting Komentar